Karena keutamaan hafiz (orang
yang menghapal Al Quran) Al Quran itu begitu besar, saya sangat
berhasrat untuk menyajikan di hadapan sidang pembaca dan pengunjung
(portal Fimadani) ini, sebagian kaidah-kaidah umum yang bisa membantu
untuk menghapal Al Quran dan mendapatkan kedudukan yang agung tersebut,
atau setidaknya sebagian darinya.
Sesuatu yang tidak bisa didapatkan secara keseluruhannya, maka
tidaklah mengapa jika didapatkan sebagiannya atau sebagian besar
darinya. Sesungguhnya kekuatan itu akan datang berdasarkan kadar
kesungguhnya orang yang mempunyai kemauan.
1. Wajib bagi seseorang yang hendak menghapal Al Quran untuk membatasi hapalannya dalam setiap harinya.
Misalnya, hanya beberapa ayat saja, satu halaman atau dua halaman
dari Al Quran, ataupun seperdelapan juz dan seterusnya. Lalu setelah
membatasi hapalan dan membenarkan bacaan, mulailah dengan melakukan
pengulangan (muraja’ah). Dalam muraja’ah ini,
wajib bagi hafiz untuk melagukan (baca: membaguskan sesuai kaidah)
bacaan. Tujuannya ialah untuk mencegah kebosanan dan untuk memantapkan
hapalan.
Sebab, melagukan bacaan bisa menyenangkan pendengaran, hingga pada
akhirnya dapat membantuk dalam menghapal. Selain itu, lisan juga akan
terbiasa dengan suatu senandung tertentu serta akan diketahui secara
langsung adanya kesalahan ketika terjadi kerancuan pada wazan bacaan dan
senandung bacaan yang biasa dipakai untuk membaca ayat Al Quran.
Pembaca akan merasakan bahwa lisannya tidak sesuai dengan bacaan
ketika terjadi kesalahan, atau senandung bacaannya rancu sehingga
akhirnya ia ingat kembali. Lebih dari itu, sesungguhnya melagukan
(membaguskan) bacaan dalam membaca Al Quran itu adalah sebuah kewajiban
yang tidak boleh dilanggar. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
“Tidak termasuk golongan kami siapa saja yang tidak memperbagus (bacaan) Al Quran.”(HR Bukhari)
2. Jangan menghapal melebihi batasan harian sampai Anda dapat menghapalnya secara sempurna.
Bagi hafiz Al Quran, tidak boleh beralih ke batasan hapalan,
kecuali jika ia telah menyempurnakan dengan baik batasan hapalan
sebelumnya. Hal itu supaya apa yang telah ia hapal benar-benar terpatri
ke dalam otak. Tak diragukan lagi, faktor yang dapat membantu menghapal
ayat-ayat yang telah ditentukan adalah, hendaknya seorang hafiz
Al Quran menjadikan hapalan sebagai kesibukannya sepanjang siang dan
malam. Caranya dengan membacanya dalam shalat yang bacaannya sirriyyah (pelan) jika ia menjadi imam, ataupun dalam shalat-shalat yang bacaannyajahriyyah (keras).
Begitu pula sata shalat-shalat sunnah, pada saat menunggu shalat, dan
selesai shalat. Insya Allah, dengan cara seperti ini akan sangat
mempermudah hapalan dan bisa dipraktikkan semua orang meskipun
kesibukannya banyak sekali. Sebab, ia tidak perlu duduk pada waktu
khusus untuk menghapal ayat-ayat Al Quran tetapi cukup membenarkan
bacaannya dengan cara memperdengarkannya kepada seorang guru yang fasih.
Kemudian, ia mempraktikan hapalannya pada waktu-waktu shalat lima
waktu, serta pada waktu membaca surat Al Quran dalam shalat sunnah
maupun shalat fardhu.
Dengan demikian ayat-ayat yang batasan hapalannya telah ditentukan
sudah terpatri secara sempurna dalam otak. Jika mempunyai kesibukan pada
hari itu, hendaknya bagi Anda -hafiz Al Quran- untuk tidak
menambah hapalan yang baru. Namun, hendaknya ia meneruskan pada hari
berikutnya dengan hapalan sebelumnya, sampai hapalannya terpatri secara
sempurna.
3. Jangan beralih ke surat lain sebelum Anda benar-benar menghapalnya
Usai menghapal satu surat Al Quran, tidak seharusnya bagi seorang
penghapal langsung beralih ke surat lain, kecuali setelah ia
menghapalnya secara sempurna dan mengikat antara awal dan akhir surat
tersebut. Lisannya juga bisa menghapal secara gampang dan mudah, tanpa
bersusah payah serta kerja keras guna mengingat ayat-ayat yang dihapal
dan menyempurnakan bacaan (mencocokkan bacaan). Bahkan, hendaknya
hapalannya laksana air (yang mengalir).
Selain itu, seorang hafiz bisa membaca dengan cepat meskipun
terkadang pikirannya tidak terfokus dalam memahami makna-maknanya. Hal
ni seperti ketika ia membaca Al Fatihah yang tanpa susah-payah atau
tanpa menghadirkan pikiran karena seringnya surat itu diulang-ulang dan
dibaca.
Sementara itu, menghapal setiap surat dalam Al Quran tidak sama
dengan menghapal Al Fatihah, kecuali jarang sekali. Akan tetapi halnya
ini hanya sebagai contoh dan peringatan, bahwa hendaknya surat-surat
yang berbeda-beda dan terpisah-pisah telah benar-benar terpatri dalam
otak dengan kuat dan mantap. Hendaknya pula, seorang hafiz tidak segera beralih ke surat lain, kecuali setelah ia menghapalnya dengan sempurna.
4. Senantiasa Memperdengarkan Hapalan Anda.
Wajib bagi seorang hafiz tidak menyandarkan hapalannya kepada dirinya
sendiri. Akan tetapi ia wajib memperdengarkan hapalannya kepada guru hafiz yang lainnya atau mencocokkannya dengan mushaf. Lebih baik lagi jika dikerjakan bersama hafiz yang sangat teliti.
Ini bertujuan supaya seorang penghapal mengetahui kesalahan bacaannya
atau adanya bacaan yang terlupakan dan diulang-ulang tanpa sadar. Sebab
banyak dari kita salah dalam membaca sebuah surat dan tidak
menyadarinya meskipun sambil melihat mushaf. Hal ini terjadi karena ia
banyak membaca tetapi tidak dengan teliti. Ia membaca dengan melihat
mushaf, sedangkan dirinya tidak mengetahui letak kesalahan bacaannya.
Karena itu tasmi’ (memperdengarkan hapalan kepada hafiz
lain) merupakan sarana untuk mengetahui kesalahan-kesalahan bacaan
tersebut. Selain itu hal tersebut berguna pula untuk peringatan bagi
otak dan hapalannya.
5. Menfaatkanlah Usia Emas dalam Menghapal
Sesuatu yang pasti untuk meraih kesuksesan dalam menghapal ialah,
siapa yang memanfaatkan usia emas dalam menghapal. Usia emas tersebut ia
usia dari 5 tahun sampai kira-kira usia 23 tahun. Pada usia ini,
kekuatan hapalan manusia sangat bagus. Bahkan, ia merupakan tahun-tahun
emas yang sangat berharga untuk menghapal.
Di bawah usia 5 tahun, kemampuan hapalan manusia masih lemah. Adapun
kira-kira setelah usia 23 tahun adalah usia saat kemampuan hapalan mulai
menurun, sementara kemampuan memahami dan menelaah mulai meningkat.
Hendaknya setiap orang memanfaatkan usia-usia yang berharga ini untuk
menghapal seluruh Al Quran atau seberapapun yang ia mampu. Hapalan pada
usia-usia ini sangat cepat dan sulit untuk lupa. Sedangkan untuk usia
selainnya, seseorang akan sulit dan lambat menghapal sekaligus cepat
lupa. Benarlah orang yang berkata, “Menghapal di waktu kecil itu laksana
mengukir di atas batu, dan menghapal di waktu besar itu laksana
mengukir di atas air”
Karena itu, wajib bagi kita memanfaatkan usia-usia berharga tersebut
untuk menghapal Al Quran. Jika tidak bisa, perintahkan kepada anak
laki-laki maupun perempuan kita untuk melakukannya.
Semoga Allah menolong dan memudahkan kita semua dalam menghapal ayat-ayat suci-Nya. Amiin.